Double Protein, Harus Nggak Sih Sebetulnya?

 

Oleh: Methania Nanda Augustine, S.Gz

 

Belakangan ini banyak digaungkan terkait trend double protein pada MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) di kalangan para orang tua, utamanya di media sosial. Rasa takut yang berlebihan atau yang biasa disebut FOMO (Fear of Missing Out) sering kali membuat fokus bergeser dari menentukan kebutuhan gizi yang seimbang menjadi sekadar mengejar trend saja. Jadi, perlukah memberikan double protein saat MPASI?

Protein merupakan salah satu zat gizi makro penting yang diperlukan untuk membangun sistem organ dan struktur tubuh serta berperan dalam banyak fungsi fisiologis sepanjang hidup. Pada bayi dan anak-anak, kebutuhan protein per kilogram berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya karena pertumbuhan bayi dan anak-anak sangat pesat.(1,2)

Periode dimulainya pemberian MPASI akan memberikan perubahan besar terhadap asupan makanan, utamanya asupan protein. Persentase energi yang berasal dari protein biasanya meningkat dari sekitar 5% menjadi 15% ketika MPASI menjadi sumber utama untuk bayi yang disusui.(1,2)

Asupan protein yang tidak mencukupi kebutuhan anak selama periode MPASI dapat berkontribusi pada kekurangan gizi, sedangkan jika terlalu banyak asupan protein akan meningkatkan risiko kelebihan berat badan atau obesitas di kemudian hari.(2)

Kemudian yang dimaksud tentang double protein dalam MPASI itu apa sih? Secara umum, double protein dalam MPASI itu merujuk pada pemberian dua jenis sumber protein dalam satu menu ya Moms, bukan menggandakan jumlah total protein. Fokusnya adalah pada variasi sumber protein, bukan jumlah proteinnya. Hal tersebut untuk memastikan asupan asam amino esensial yang lengkap demi mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Gerakan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) yang sudah digaungkan sejak 2022 oleh Badan Pangan Nasional, dimana hal tersebut juga sejalan dengan rekomendasi WHO (World Health Organization) bahwa kita perlu mengonsumsi makanan beragam. Bayi dan anak-anak perlu mengonsumsi berbagai jenis makanan untuk memastikan kebutuhan gizi mereka terpenuhi dan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. WHO juga mengatakan bahwa pola makan yang kurang beragam dapat meningkatkan risiko kekurangan zat gizi, karena banyak diantaranya tidak dapat dipenuhi melalui suplemen atau produk makanan lain yang difortifikasi khusus.(3)

Sehingga, double protein pada MPASI itu tidak harus ya Moms, apabila si kecil sudah cukup sering diberikan makanan yang bervariasi, maka jika tidak menerapkan double protein-pun tidak apa-apa. Namun, double protein dalam MPASI juga tidak dilarang, selama yang digandakan bukan jumlah proteinnya tetapi jenis proteinnya. Semakin beragam makanan, maka semakin baik juga zat gizi esensial yang akan terpenuhi. Selain itu, tidak ada aturan khusus mengenai double protein dalam MPASI ya Moms. Dan yang terpenting adalah mengikuti pedoman MPASI sesuai dengan anjuran IDAI, Kemenkes RI, atau WHO ya Moms.

Untuk mengetahui kecukupan nutrisi dan apakah tumbuh kembang anak optimal, Moms bisa mengikuti Program Growth Watcher di Nutri & Beyond. Program ini menawarkan konsultasi dengan Nutritionist untuk menilai kecukupan asupan gizi, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi dan konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak Subspesialis Endokrin untuk mengecek masalah utama pertumbuhan anak sehingga dapat diberikan solusi yang efektif sesuai kebutuhan anak dalam memaksimalkan tumbuh kembangnya secara holistic.

DAFTAR ISI

1. Kittisakmontri K, Lanigan J, Wells JCK, Fewtrell M. The Impact of Dietary Protein in Complementary Foods on Infant Growth and Body Composition in a Population Facing the Double Burden of Malnutrition: Protocol for a Multicenter, Prospective Cohort Study. JMIR Res Protoc [Internet]. 17 September 2020 [dikutip 22 November 2024];9(9):e18112. Tersedia pada: https://www.researchprotocols.org/2020/9/e18112/

2. Kittisakmontri K, Lanigan J, Wells JCK, Manowong S, Kaewarree S, Fewtrell M. Quantity and Source of Protein during Complementary Feeding and Infant Growth: Evidence from a Population Facing Double Burden of Malnutrition. Nutrients [Internet]. 23 September 2022 [dikutip 22 November 2024];14(19):3948. Tersedia pada: https://www.mdpi.com/2072-6643/14/19/3948

3. World Health Organization. WHO Guideline for Complementary Feeding of Infants and Yound Children 6-23 Months of Age. 2023 [dikutip 23 November 2024];1–96. Tersedia pada: https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/373358/9789240081864-eng.pdf?sequence=1

 

 

Related Articles

Bolehkah Memberikan Makanan Yang Sama Terus Menerus Asalkan Anak Mau Makan?

Kebiasaan makan dan selera makan anak-anak memang tidak dapat diprediksi. Terkadang mereka suka dan tidak suka makanan tertentu atau bahkan mereka sering makan makanan yang sama berulang-kali. Hal tersebut mungkin akan menimbulkan segelintir pertanyaan bagi orang tua terkait pemberian makanan yang sama berulang kali asal anak mau makan. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa hal yang perlu ditelaah lebih lanjut.

Weight Faltering, Gagal Tumbuh Tingkatan Risiko Stunting!

Pertumbuhan badan pada anak pesat dan perlu diawasi secara rutin khususnya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), biasanya pertumbuhan dinilai dari tinggi atau panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala. Setiap orang tua harus memahami dan memantau pertumbuhan anaknya sesuai dengan usianya. Sehingga jika ada perlambatan pertumbuhan pada anak, orang tua bisa segera mendapatkan intervensi sesuai dengan penyebabnya(1).

Responses